u n me

u n me

Sabtu, 22 Januari 2011

AMOXICILIN

Sejarah
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke-18 denga meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut peluru ajaib, yaitu oabt yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Salah satu penelusuran awal penelitian antibakteri adalah apakah bakteri yang tidak berbahaya (non-patogen) dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri enyebab penyakit (bakteri patogen). Pada tahun 1877 Louis Pasteur menunjukkan bahwa penyakit antrak pada hewan dapat dijinakkan dengan menyuntikkan cemara bakteri. Pada tahun yang sama, rudolf von Emmerich membuktikan bahwa dengan menyuntikkan steptokokus, dapat mencegah kolera pada hewan.
Pada tahun 1920, imuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu produk dalam air mata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia. Namun usaha ini menemui jalan buntu karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun pada tahun 1928 Fleming menemukan antibakteri yang kemudian dinamai penicilin, dari cawan petri yang dia tinggalkan.ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis, akibat tumbuhnya jamur Penicillium notatum.
 Rumus struktur :




Mekanisme kerja
Seperti halnya antibiotic beta-laktam, penicillin pertumbuhan bakteri dengan jalan menghambat tahap spesifik dalam sintesis bakteri sel. Dinding sel ini merupakan lapisan luar yang kaku, dari yang menutupi keseluruhan membrane sitoplasma. Lapisan ini mepertahankan bentuk sel serta mencegah lisis sel yang mungkin trejadi sebgagai akibat dari tekanan osmotic
Farmakokinetik
Absorbsi penicillin G mudah rusak dalam suasana asam  (pH 2). Cairan lambung dengan pH 4 tidak terlalu merusak penicillin. Garam Na peniclin G yang diberikan oral. Diabsorbsi terutama di duodenum. Absrobsi di duodenum ini cukup cepat, tetapi hanya 1/3 bagian dosis oral diserap. Tidak Adanya makanan menghambat absosbsi, yang mungkin disebabkan absorbs peniclin pada makanan. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 30-60 menit. Sisa 2/3 dari dosis oral diteruskan ke kolon. Disini terjadi pemecahan oleh bakteri dan hanya sebagian kecil obat yang keluar bersama tinja.
Bila dibandingkan dosis oral terhadap IM, maka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah, dosis penicillin G oral haruslah 4 samapai 5 kali lebih besar dari pada dosis IM. Oleh karena itu peniclin G tidak dianjrkan untuk diberikan oral.
Larutan garam Na-peniclin G 300000 UI (180 mg) yanhg disuntikkan IM, cepat sekali diabsorbsi dan menghasilkan kadar puncak dalam plasma setinggi 8 UI (4,8 ug/ml) dalam waktu 15 sampai 30 menit. Untuk memperlambat absrpsinya , peniclin G dapat diberikan dalam bentuk repository, umpamanya penicillin G benzatin, peniclin G prokain sebagai suspense dalam air atau minyak.
Peniclin tahan asam pada umumnya dapat mengahsilkan kadar obat yang dikehendaki dalam plasma dengan penyusuaian dosis oral yang tidak terlalu bercariasi, walaupun beberapa peniclin  oral diabsorbsi dalam proporsi yang cukup kecil. Adanya makanan akan menghambat absorbs, tetapi beberapa diantaranya dihambat sevara tidak bermakna. Penicillin V walaupun relative tahan asam, 30% mengalami pemecahan di saluran cerna bagian atas, sehingga tidak sempat diabsorbsi.
Absorbsi amoksisilin di sluran cernba lebih jauh dari pada ampicilin. Dengan dosis oral yang sama amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampicilin, sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampicilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak.
Distribusi peniclin G didistribusi luas dalam tubuh. Ikatan proteinnya adalah 65%. Kadar obat yang memaadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginajl, usus, limfe, dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai. Bila menigen dalam keadaan normal, sukar sekali dicapai kadar 0,5UI/ml dalam CSS walaupun kadar plasmanya 50 UI/ml. adanya radang menigen lebih memudahkan penerasi peniclin G ke CSS tetaqpi tercapai tidaknya kadar efektif tetap sukar diramalkan. Pem,berian intratekal jarang dikerjakan karena risiko yang lebih tinggi dan efektivitasnya tidak lebih memuaskan.
Distribusi amoksisilin secara garis besar sama dengan ampicilin. Karbensilin pada umumnya memperlihatkan sifat distribusi yang sama dengan peniclin lainnnya ternmasuk distribusi ke dalam empedu dan dapat mencapai CSS pada meningitis.
Indikasi Terapi
a.       Anti biotic oral 5-10 hari
Beberapa anak-anak dapat sembuh dengan AB
Terapi pendukung, analgesic, antipiretik, penghambtan local.
Anhistamin dan dokengestan tidak efektif  untuk menggatasi efusi  dan menghuloangkan gejala
Pilihan pertama antibiotic, amoksisilin 40mg/kgbb/hari
b.      Aktivitas in vitro amoksisilin terhadapa S. pneumonia dan H. Influensa isolate dari telinga tengah sangat baik. Amoksisilin dosis tinggi 80-90 mg/kg/bb/hari untuk pneumomokokos yang resisten terhadap peniclin
c.       Bila gagal digunakan asam klavulanat dosis tinggi, seforuksim aksetil atau seftriakson im
d.      Bila H.Influensa/M.catarrahlis  penghasil betalaktamase umum didapati maka gunakan antibiotic yang tahan terhapa betalaktamase.
e.       Sulfametaklsasol –trimetrofin (ko-kotrimoksasol), sefiksim, sefuroksim axetil, sefaklor, sefprozil, sefdokdim, azitomizin, azitromisin, eritromicin/sulfisaksol.
Sediaan
Tersedia sebagai kapsul  atau tablet beruikuran 125,250,500 mg dan syrup 125/5 ml. dosis sehari dapat dinberikan lebih kecil daripada ampicilin, yaitu 3 kali 250-500 mg sehari.
Kombinasi
Kombinasi dengan kalium klavulanat
Amoksisilin tunggal in vitro aktif terhadap berbagai kuman aerobic dan anaerobic gram posotif dan gram negative bukan penghasil betalaktamase. Kombinasi amoksisilin dengan kalium klavulanat tidak meningkatkan aktivitas in vitro terhadap kuman yang sensitive tersebut, tetapi memperluas spectrum aktivitasnya terhadap kuman penghasil betalaktamase yang intrisik termasuk strain yang sensitive. Kombinasi ini tidak aktif terhadap S. aureus Yang resisiten terhadap metislin
Jika amoksisilin digabungkan dengan dikloksasilin, maka akan didapatkan suatu gabungan yang sinergik terhadap kuman-kuman penghasil penisilinase, yakni penisilinase dihambat oleh dikloksasilin, sehingga amoksisilin dapat bekerja dengan leluasa. Mekanisme kerja sinergis dari gabungan yang demikian ini disebabkan karena adanya hambatan bersaing dari komponen-komponen gabungan terhadap enzim penisilinase. Dalam hal ini dikloksasilin dan amoksisilin, yang sama-sama adalah senyawa ß-laktam, bersaing untuk mencapai tempat-tempat aktif enzim. Jika affinitas dikloksasilin terhadap enzim lebih besar daripada amoksisilin terhadap enzim, maka tempat-tempat aktif enzim diisi dengan molekul-molekul dikloksasilin yang tak dapat dipecah. Dan akan terbentuk kompleks enzim-penghambat, sehingga enzim terhambat untuk memecah amoksisilin . Dengan demikian amoksisilin dapat bekerja dengan leluasa
Dosis
a.       Orang dewasa 250-500 mg tiap 8 jam
1)      Infeksi saluran nafas berat /berulang 3 gram tiap 12 jam, anak-anak kurang dari 10 tahun 125-250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan dua kali atau lebih tinggi.
2)      Terapi oral jangka pendek. Abses gigi, 3 gram, diulang 8 jam kemudian
3)      Infeksi saluran kemih, 3 gram diulang steleah 10-12 jam.
4)      Genoro, 2-3 gram dosis tunggal, ditambah 1 gram probensid
5)      Otitits media pada anak 3-10 tahun, 750 mg dua kali sehari selama 2 hari
b.      Infeksi intramuscular: deawasa; 500 mg tiap 8 jam/, anak:50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Injeksi intravena atau infuse: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam. Anak-anak 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi.
Sediaan yang beredar di pasaran
a.       Abamacx, kapsul 250 mg,500 mg, sirup kering 125mg/5 ml(K)
b.      Abdimox, kapsul 500 mg, serbuk injeksi 1g/vial
c.       Alphamox, kapsul 250,500 mg, sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5 ml
d.      Amobiotic, drops 100mg/ml, kapsul 250 mg, 500 mg, serbuk injeksi 250 mg/vial, 500 mg/vial, sirup kering 125mg/5ml, 250 mg/5ml
e.       Amosine, kapsul 250 mg, 1 g servuk injeksi, 250 mg/vial, 1 g/vial, sirup kering 125 mg/5ml(K)
f.       Amoxil, drops 125 mg/1,25 ml, kaptab 250 mg/5ml
g.      Amoxilin pharos, 250mg,500mg, 1 gram sirup kering 125mg/5 ml250 mg/5 ml
h.      Amoxipen kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 125mg/5ml
i.        Amoxasan, drops 125mg/1,25 ml, kapsul 250mg, 500 mg, serbuk injeksi 1g/vial, sirup kering 125mg/5 ml 250 mg/ 5 ml
j.        Arcmox, kapsul 250 mg, 500 mg, kaptab 250 mg,500mg, 1 g, sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5 ml
Efek samping
Susunan Saraf Pusat : agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening.
Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform, sindrom stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria.
GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna gigi.
Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.
Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic cholestatis, acute cytolitic hepatitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Indonesia
tiga benda yg identik dengan z... baju lab__ tas ransel__ kaca mata__