u n me

u n me

Minggu, 14 November 2010

LAPORAN ANTIINFLAMASI


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
              Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu           .
              Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.
              Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka.
                 Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat – obat antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-benar efektif dalam mengurangi peradangan yang terjadi.
I.2 Maksud percobaan
       Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami obat – obat antiinflamasi golongan AINS.
I.3 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan menentukan efek obat – obat antiinflamasi yaitu meloxicam, dexametasone, metil prednisolon, diklofenak, ibuprofen, dan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus ).
I.4 Prinsip percobaan
       Penentuan efek obat – obat antiinflamasi yaitu meloxicam, dexametasone, metil prednisolon, diklofenak, ibuprofen dan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus )  yang sebelumnya diinduksi dengan albumin (putih telur ) 0,5 ml dan pengukuran inflamasi serta penurunan inflamasi pada kaki mencit.




BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
            Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang (Rukmono, 2000).
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu (panas atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik (Rukmono, 2000).
Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton, 1997).
Proses inflamasi ini juga dipengaruhi dengan adanya mediator-mediator yang berperan, di antaranya adalah sebagai berikut (Abrams, 2005) :
amina vasoaktif: histamin & 5-hidroksi tritophan (5-HT/serotonin). Keduanya terjadi melalui inaktivasi epinefrin dan norepinefrin secara bersama-sama
plasma protease: kinin, sistem komplemen & sistem koagulasi fibrinolitik, plasmin, lisosomalesterase, kinin, dan fraksi komplemen
   metabolik asam arakidonat: prostaglandin, leukotrien (LTB4 LTC4, LTD4, LTE4 , 5-HETE (asam 5-hidroksi-eikosatetraenoat)
   produk leukosit – enzim lisosomal dan limfokin
   activating factor dan radikal bebas
            Banyak obat – obat antiinflamasi yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis salah satu mediator kimiawi yaitu prostaglandin. Sintesis prostaglandin yaitu (Mycek, 2001 ) :
Asam arakidonat , suatu asam lemak 20 karbon adalah prekursor utama prostaglandin dan senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat terdapat dalam komponen fosfolipid membran sel, terutama fosfotidil inositol dan kompleks lipid lainnya. Asam arakidonat bebas dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil hidrolase lainnya. Melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lainnya. Ada 2 jalan utama sintesis eukosanoid dari asam arakidonat
1.    Jalan siklo-oksigenase
Semua eikosanoid berstruktur cincin sehingga prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin disintesis melalui jalan siklo – oksigenase. Telah diketahui dua siklo-oksigenase : COX-1 dan COX-2 Yang pertama bersifat ada dimana – mana dan pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon terhadap rangsangan inflamasi.
2.    Jalan lipoksigenase
Jalan lain, beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk HPETE, 12-HPETE dan 15-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikorvensi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES) atau menjadi leukotrien atau lipoksin, tergantung pada jaringan.
Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau. Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi) ( Mitchell, 2003).
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 2005).
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal (Rukmono, 2000).
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Rukmono, 2000).
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Rukmono, 2000).
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 2005).
Obat – obat yang digunakan untuk sebagai anti inflamasi non steroid antara lain ( Mycek, 2001 ):
1.    Aspirin dan salisilat lain
Mekanisme kerjanya : efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandindi pusat pengatur panas dan hipotalamus dan perifer di daerah target. Lebih lanjut,  dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit  terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi.
2.    Derivat asam propionat
Obat – obat ini menghambat reversible siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak menghambat leukotrien.
3.    Asam Indolasetat
Yang termasuk dalam grup obat  - obat ini adalah indometasin, sulindak dan etolondak. Semua mempunyai aktivitas antiinflamasi , analgetik dan antipiretik. Bekerja dengan cara menghambat siklo-oksigenase secara reversible. Umumnya tidak digunakan untuk menurunkan demam.
4.    Derivat oksikam
Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia di amerika serikat. Anggota lain dalam grup ini sedang diselidiki dan mungkin akan disediakan juga. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, spondilitis ankilosa, dan osteoartritis.
5.    Fenamat
Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti inflamasi dibandingkan obat AINS yang lain. Efek samping seperti diare dapat berat dan berhubungan dengan peradangan abdomen.
6.    Fenilbutazon
Fenilbutazon mempunyai efek anti inflamasi  kuat tetapi tetapi aktivitas analgetik dan antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat first line.
7.    Obat – obat lain
a.    Diklofenak : Penghambat siklo – oksigenase. Diklofenak digunakan untuk pengobatan jangka lama arthritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.
b.    Ketorolak : Obat ini bekerja sama seperti obat AINS yang lain
c.    Tolmetin dan nabumeton : Tolmetin dan nabumeton sama kuatnya dengan aspirin dalam mengobati artritis rematoid atau osteoartritis dewasa.











 II.2 Uraian hewan coba
A.     Klasifikasi hewan coba
Mencit ( Mus musculus ) (Sulaksono,1987 )
       Kingdom                 : Animalia
       Filum                       : Chordata
       Kelas                       : Mammalia
       Ordo                        : Rodentia
       Famili                      : Muridae
       Genus                     : Mus
       Spesies                   : Mus musculus
B.  Karakteristik hewan coba (Malole, 1989 )
-        Berat badan dewasa
       Jantan                                                                  20 – 40 gr
                     Betina                                                                  15 – 35 gr
-        Mulai dikawinkan :
Jantan                                                                  50 hari
Betina                                                                  50 – 60 hari
-        Siklus birahi                                                        4 – 5 hari
-        Produksi anak                                                             8/ bulan
-        Lama kehamilan                                                10 – 21 hari
-        Volume tidal                                                       0,09 – 0,23.menit
-        Detak jantung                                                     325 – 780/ menit
-        Volume darah                                                             76 – 80 mg/kg
-        Tekanan darah                                                   113 – 147/81- 106
-        Glukosa dalam darah                                       62- 80 mg/dl
-        Kolesterol                                                            26- 82 mg/ dl
-        Kalsium dalam serum                                      3,2 – 9,2 mg/dl
-        Fosfat dalam serum                                          2,3 – 9,2 mg/dl
-        Hemoglobin                                                        10,2 – 16,6 mg/dl

II.3. Uraian bahan
1.      Aquadest (Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi             : AQUA DESTILLATA
RM/ BM                     : H2O / 18,02
Pemerian                  : Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                : Sebagai pelarut.
2.      Albumin ( Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi             :  ALBUMINUM
Sinonim                    : Albumin
Pemerian                 : Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga tua tergantung dari kadar protein.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu antara 2o dan 25o , terlindung dari cahaya
Kegunaan                :  Sebagai penginduksi
3.      Deksametason ( Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi             : DEXAMETHASONUM
Sinonim                    : Deksametason
RM/ BM                     : C22H29FO5 / 392, 47
Rumus bangun       :



    Pemerian                  : Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa agak pahit.
Kelarutan                  : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian etanol dan dalam 165 kloroform P.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan                : Sebagai obat Antiinflamasi (kortikosteroid)
Uraian obat
Nama paten             : Dellamethasone®
Indikasi                     : Anti inflamasi, rematik dan alergi, cerebral adema yang disebabkan oleh karena anoksia atau malignansi, asma bronkial
Kontraindikasi         :  Hipersensitif terhadap deksametason ,infeksi jamur sistemik, cerebral malaria, jamur, atau penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex).
Farmakokinetik        : Absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset dan durasi bentuk injeksi berkisar 2 hari-3 minggu, tergantung cara pemberian (IA atau IM dan tergantung luasnya suplai darah pada tempat tersebut. Mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif. Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Ekskresi: dikeluarkan melalui urin dan feses.
Farmakodinamik     : Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun.
Efek samping          :  Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope, tromboembolisme, vasculitis. Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis, kejang, vertigo.
Dosis                         : Sehari 1 - 3 kaplet
            Interaksi obat           :  Aminoglutethimide : Dapat menurunkan kadar/efek deksametason, melalui induksi enzim mikrosomal.
Antasida : Meningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang waktu pemberian 2 jam.
              Pabrik                        : PT Pertiwi Agung.
4.      Ibuprofen (Ditjen POM, 1995 )
Nama resmi             : IBUPROFENUM
Sinonim                    : Ibuprofen
RM / BM                    : C13H18O6 / 206,28
Rumus struktur       :


             
Pemerian                  : Serbuk hablur, putih, hingga hampir putih, berbau khas lemah.
Kelarutan                  :    Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat.
Penyimpanan          :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                :    Sebagai obat antiinflamasi ( Asam propionat)
Uraian obat
Nama paten             : Ibuprofen®
Indikasi                     : Nyeri dan peradangan pada penyakit reumatik dan gangguan muskuloskeletal lainnya termasuk arthritis juvenilis; nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenorrhea, sakit kepala; nyeri pada anak; serangan migren akut
Kontraindikasi         :  Hipersensitifitas (termasuk asma, angioedema, urtikaria atau rhinitis) terhadap asam asetilsalisilat atau NSAID lainnya; ulkus peptikum aktif.
Farmakokinetik        :  Diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini mempunyai waktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersama-sama obat lain yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin.
Farmakodinamik     : Menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri. Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat. Juga dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin. Dapat terjadi hipoglikemia jika ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral. Juga berisiko terjadi toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.
Efek samping          :  Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri lambung.
 Dosis                        : 3 – 4 x 400 mg
            Interaksi obat           :  ACE Inhibitor : Meningkatkan risiko gangguan ginjal saat NSAID diberikan bersamaan dengan ACE inhibitor, juga melawan efek hipotensif.
              Pabrik                        : Galphram.
5.      Meloksikam (Ditjen POM, 1995 )
Nama resmi             : MELOXICAMUM
Sinonim                    : Meloksikam
RM/ BM                     : C15H13N3O4S/ 331,35

Rumus struktur       :


Pemerian                  : Serbuk, hampir putih, tidak berbau.
Kelarutan                  : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam – asam encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                : Sebagai obat antiinflamasi (Oksikam )
Uraian obat
Nama paten             : Artrilox®
Indikasi                     : Osteoarthritis, ankylosing spondilitis & Artritis Reumatoid
Kontraindikasi         :  Hipersensitif terhadap Meloxicam, atau komponen  lain dalam formulasi sediaan meloxicam Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3 Pasien menyusui (atau hentikan menyusui)
Farmakokinetik        : Resorbsinya dari usus cepat dan lengkap. Mulai kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang . eksresi terutama melalui kemih.
Farmakodinamik     : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-2 (lebih banyak ke arah COX-2).
Efek samping          :  Dispepsi, sakit kepala, mual, diare, infeksi saluran cerna atas, sakit abdomen, pusing, bengkak, kembung, kemerahan. Efek pada saluran pencernaan : Pendarahan, tukak, perforasi yang serius Efek pada hati : SGOT, SGPT meningkat Adanya anemia pada penggunaan jangka panjang.
Dosis                         :  Dosis awal & pemeliharaan Pasien dewasa adalah dosis tunggal 7,5mg/hari. Dosis tertinggi adalah 15mg sekali sehari.
            Interaksi obat           :  ACE inhibitor : Menurunkan efek antihipertensi (antagonis) Bile acid sequestrants (cholestyramine) Meningkatkan eliminasi/ clearence meloxicam.
AINS : Meningkatkan efek samping.
              Pabrik                        : PT Dexa Medica.
6.      Metil prednisolon (Ditjen POM, 1995 )
       Nama resmi             :  METHYLPREDNISOLONI ACETAS
       Sinonim                    :  Metil prednisolon asetat
       RM / BM                    : C24H32O6 / 416,51
       Rumus struktur       : 




Pemerian                  :  Serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 225o disertai peruraian.
Kelarutan                  :  Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dioksan, agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam metanol, sukar larut dalam eter.
Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Kegunaan                : Sebagai obat antiinflamasi (Kortikosteroid )
Uraian obat
Nama paten             : Depo-medrol®
Indikasi                     : Gangguan endokrin, rematik dan hematologi.
Kontraindikasi         :  Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.
Farmakokinetik        :  Resorbsinya dari usus setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang . eksresi terutama melalui urin.
Farmakodinamik     : Menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit.
Efek samping          :  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh Retensi natrium Kehilangan kalium Alkalosis hipokalemia Gangguan jantung kongestif Hipertensi Gangguan Muskuloskeletal : Lemah otot Mipati steroid Hilangnya masa otot Osteoporosis Putus tendon, terutama tendon Achilles Fraktur vertebral Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai Fraktur patologis dari tulang panjang Gangguan Pencernaan.
Dosis                         :  Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4 mg – 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.
Interaksi obat           :  -Berikan dengan makanan untuk meminumkan   iritasi gastrointestinal.
-Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.
-Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan penyesuaian dosis.
              Pabrik                        : PT Dexa Medica.
7.         Natrium diklofenak (Ditjen POM, 1995 )
       Nama resmi             :  DICLOFENAC SODIUM
       Sinonim                    :  Diklofenak
       RM / BM                    : C14H10CI2N2O2 / 318,3
       Rumus struktur       : 




Pemerian                  :  Kristal putih, tidak berbau
Kelarutan                  :  Larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organik.
Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                : Sebagai obat antiinflamasi (Asam karboksilat )
Uraian obat
Nama paten             : Aclonak®
Indikasi                     :  Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis.
Kontraindikasi         :  Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau NSAIA lain.
Penderita tukak lambung.
Farmakokinetik        :  Absorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang diabsorbsi tidak berkurang jika diberikan bersama dengan makanan. Kadar puncak obat dicapai dalam ½ -1 jam. Ikatan protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang tiidak menyebabkan akumulasi . eliminasi terutama melalui urin.
Farmakodinamik     : Menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
Efek samping          :  Nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan tinitus.
Dosis                         :  2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
Interaksi obat           :  -Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak.
- Diklofenak meningkatkan konsentrasi plasma digoksin, metotreksat, siklosporin dan litium sehingga meningkatkan toksisitasnya.
- Diklofenak menurunkan aktivitas obat-obatan diuretik.
              Pabrik                        : Pharos.
8.      Na CMC (Ditjen POM, 1979 )
       Nama resmi             :  NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
       Sinonim                    :  Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian                  :  Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,higroskopik.
Kelarutan                  :  Mudah terdispersi dalam air.
Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat
              Kegunaan                :  Sebagai larutan kontrol dan sebagai pelarut obat.
II.4  Prosedur percobaan (Anonim,2010 )
                 Percobaan obat anti inflamasi
                 Kelompok 1
1.      Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.
2.      Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi suspensi tablet deksametason per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15, 30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.

Kelompok II
a.      Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.
b.      Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi suspensi tablet voltaren per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15, 30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.








BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat
       Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1.   Benang godam
2.   Erlenmeyer
3.   Gelas kimia
4.   Kanula
5.   Penggaris
6.   Spoit 1 ml
7.   Stopwatch
8.   Timbangan analitik
III.2 Bahan
         Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1.     Aquadest
2.     Albumin ( Putih telur )
3.     Deksametason  
4.     Ibuprofen
5.     Kertas timbang
6.     Meloksikam
7.     Metil prednisolon
8.     Na CMC
9.     Natrium diklofenak
10.  Tissue
III.3 Cara kerja
a.  Penyiapan hewan coba
1.   Disiapkan 6 ekor mencit
2.   Ditimbang
3.   Diberi tanda pada ekornya
b.  Pembuatan bahan dan obat
1.    Pembuatan larutan albumin
a.  Disiapkan 1 butir telur
b.  Dipisahkan antara bagian kuning telur dan putih telur
c.   Bagian putih telur ditampung pada gelas kimia
2.    Pembuatan Na CMC
a.  Ditimbang Na CMC sebanyak 5 gram
b.  Dimasukan di dalam erlenmeyer 1000 ml
c.   Di cukupkan volumenya hingga 500 ml dengan air panas.
3.    Pembuatan larutan obat deksametason
a.    Ditimbang deksametason sebanyak 50,41 gram
b.    Dimasukan di dalam erlenmeyer
c.    Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC
d.    Diberi label

4.    Pembuatan larutan obat meloksikam
a.  Ditimbang meloksikam sebanyak 85,644 mg
b.  Dimasukkan di dalam erlenmeyer
c.   Di add kan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC
d.  Diberi label
5.    Pembuatan larutan obat metil prednisolon
a.     Ditimbang metil prednisolon sebanyak 79,95 mg
b.     Dimasukkan di dalam erlenmeyer
c.      Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC
d.     Diberi label
6.    Pembuatan larutan obat diklofenak
a.    Ditimbang diklofenak sebanyak 50, 87 mg
b.    Dimasukkan di dalam erlenmeyer
c.    Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC
d.    Diberi label
7.    Pembuatan larutan obat ibuprofen
a.     Ditimbang ibuprofen sebanyak 224,6 mg
b.    Dimasukkan di dalam erlenmeyer
c.    Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC
d.    Diberi label
c.   Perlakuan hewan coba
1.  Disiapkan 6 ekor mencit yang telah ditimbang dan dipuasakan
2.  Di induksi dengan putih telur, hingga kakinya membengkak
3.  Di ukur seberapa besar pembengkakan pada kaki mencit
4.  Diberikan larutan Na CMC sebanyak 1 ml pada mencit pertama sebagai kontrol .
5.  Selanjutnya diberikan larutan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml pada mencit kedua.
6.  Diukur kembali kaki mencit yang telah di induksi pada menit ke 30, 60, 90 dan 120.
7.  Dilakukan hal yang sama untuk mencit ketiga sampai keenam dengan obat masing – masing deksametason, metil prednisolon, diklofenak, dan ibuprofen.
8.  Dicatat hasil pengamatan.












BAB V
PEMBAHASAN
         Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
         Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat – obat antiinflamasi terhadap hewan coba Mencit (Mus musculus ). Alasan pemilihan mencit sebagai hewan coba adalah agar pengamatan terhadap pembengkakan kaki mencit mudah diamati dan diukur.   
           Dalam percobaan ini digunakan 5 jenis obat – obat anti inflamasi yaitu Meloksikam, deksametason, M-prednisolon, diklofenak dan Ibuprofen.
         Meloksikam merupakan obat antiinflamasi golongan oksikam. Mekanisme kerja dari obat ini belum pasti, tetapi diperkirakan obat ini bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2.
         Deksametason dan metil prednisolon merupakan obat antiinflamasi golongan kortikosteroid. Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini berada tepat diatas ginjal kita. Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya kalo orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa lebih ringan setelah pemberian kortikosteroid.
         Diklofenak merupakan obat antiinflamasi golongan asam karboksilat derivat asam fenilasetat. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat jalan enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
         Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi golongan asam propionat. Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat siklo-oksigenase yang reversibel. Obat ini memiliki daya inflamasi yang lemah dibandingkan dengan obat-obat AINS lainnya.
         Untuk percobaan kali ini, pertama disediakan 6 ekor mencit yang sudah di ukur berat badannya. Kemudian di puasakan terlebih dahulu selama 8 jam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi variasi biologis yang mungkin dapat terjadi sehingga efek obat yang diinginkan dapat cepat diamati. Selanjutnya mencit di induksi dengan putih telur ( albumin ) pada kakinya hingga kelihatan membengkak. Kemudian diukur pembengkakan tersebut dengan menggunakan benang godam dan penggaris. Tujuan dilakukannya pengukuran awal ini adalah agar nantinya dapat diketahui seberapa besar efek obat – obat anti inflamasi tersebut dalam mengurangi bengkak / peradangan pada kaki mencit yang telah diinduksi. Setelah pengukuran awal tadi, mencit kemudian diberi minum obat. Mencit pertama dijadikan sebagai kontrol, tanpa diberikan larutan obat sama sekali. Mencit kedua dengan berat 25 gram diberikan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml, mencit ketiga dengan berat 27 gram diberikan obat deksametason sebanyak 0,9 ml, mencit ke empat dengan berat 30 gram diberikan obat metil prednisolon sebanyak 1 ml, mencit ke lima dengan berat 27 gram diberikan obat diklofenak sebanyak 0,9 ml dan yang terakhir mencit dengan berat 29 gram diberikan obat ibuprofen sebanyak 0,96 ml. Pemberian obat – obat tersebut dilakukan secara per oral dengan menggunakan spoit dan kanula. Mencit yang telah diberikan obat kemudian dibiarkan. 30 menit kemudian, pengukuran pada kaki mencit kembali dilakukan. Begitu pula pada menit ke 60, 90 dan 120.
         Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
-     Untuk perlakuan obat meloksikam diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2,3 cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,5 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar 2,5 cm, menit ke 60 2,4 cm, menit ke 90 2,3 cm dan menit ke 120 sebesar 2,3 cm.
-     Untuk perlakuan obat deksametason diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,9 cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,6 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar 2,5 cm, menit ke 60 2,1 cm, menit ke 90 1,9 cm dan menit ke 120 sebesar 1,9 cm.
-     Untuk perlakuan obat metil prednisolon diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2 cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,1 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar 2,1 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.
-     Untuk perlakuan obat diklofenak diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2 cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,2 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar 2,2 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.
-     Untuk perlakuan obat Ibuprofen diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,6 cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 1,9 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar 1,7 cm, menit ke 60 1,7 cm, menit ke 90 1,6 cm dan menit ke 120 sebesar 1,6 cm.
         Dari hasil pengamatan di peroleh bahwa obat yang paling cepat berefek sebagai antiinflamasi adalah deksametason. Berdasarkan literatur, t1/2 dari obat – obat antiinflamasi tersebut adalah meloksikam 20 jam, deksametason 190 menit, metil prednisolon 188 menit, diklofenak 1,5 jam dan ibuprofen 2 jam. Jadi, berdasarkan literatur obat antiiflamasi yang paling baik adalah diklofenak dengan t1/2 90 menit atau 1,5 jam. Jadi hasil yang diperoleh tidak sama dengan literatur. Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan seperti :
1.  Kaki mencit yang diinduksi tidak terlalu bengkak
2.  Kesalahan dalam pengukuran
3.  Kesalahan dalam pemberian dosis obat pada mencit.
4.  Mencit yang digunakan tidak dipuasakan





BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat yang paling cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu deksametason, ibuprofen, diklofenak, meloksikam, dan terakhir metil prednisolon.
VI.2. Saran
         Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya selama kegiatan praktikum berlangsung.













DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Penuntun praktikum Farmakologi dan Toksikologi II. Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Abrams, 2005. Respon tubuh terhadap cedera. EGC : Jakarta.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DEPKES RI, Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, DEPKES RI, Jakarta.
Dorland, W.A.N. ,2002, Kamus Kedokteran Dorland ,Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah. Jakarta: EGC.

Guyton, A.C. & Hall, J.E.. Buku ajar fisiologi kedokteran , 1997, EGC; Jakarta.

Mitchell, R.N. & Cotran, R.S.2003. Inflamasi akut dan kronik. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Mycek,j mary, 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika, Jakarta.

Rukmono, 2000, Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengemb angan
Hewan Percob aan . Jakarta.







PERHITUNGAN DOSIS
          Deksametason
          Dosis obat          = 0,5 mg
          Berat etiket        = 0,5 mg
          Berat rata – rata = 129,26
          Dosis untuk mencit 20 gram = 0,5 mg x 0,0026
                                                         = 0,0013 mg
          Dosis untuk Mencit 30 gram  =   30 gram  x 0,0013 = 0,00195 mg
                                                                    20 gram
          Larutan stok : 100 ml
          100 ml    x 0,00195 = 0,195
             1 ml
          Berat yang ditimbang = 0,195   x 129,26
                                                    0,5
                                                  = 50,41 mg
          Meloksikam
          Dosis obat          = 15 mg
          Berat rata – rata = 219,6 mg
          Dosis untuk mencit 20 gram = 15  x 0,0026
                                                         = 0,039 mg
          Dosis untuk Mencit 30 gram  =   30 gram  x 0,039 = 0,0585 mg
                                                                    20 gram
         

          Larutan stok : 100 ml
          100 ml    x 0,0585 = 5,85 mg/100 ml
             1 ml
          Berat yang ditimbang = 5,85   x 219,6
                                                    15
                                                  = 85,644 mg
          Metil prednisolon
          Dosis obat          = 8 mg
          Berat rata – rata = 106,6 mg
          Dosis untuk mencit 20 gram = 8  x 0,0026
                                                         = 0,02 mg
          Dosis untuk Mencit 30 gram  =   30 gram  x 0,02 = 0,03 mg
                                                                    20 gram
          Larutan stok : 100 ml
          100 ml    x 0,03 = 3 mg/100 ml
             1 ml
          Berat yang ditimbang = 3   x 106,6
                                                    4
                                                  = 79,95 mg
          Diklofenak
          Dosis obat          = 25 mg
          Berat etiket          = 50 mg
          Berat rata – rata = 260,91 mg

          Dosis untuk mencit 20 gram = 25  x 0,0026
                                                         = 0,065 mg
          Dosis untuk Mencit 30 gram  =   30 gram  x 0,065 = 0,0975 mg
                                                                    20 gram
         
          Larutan stok : 100 ml
          100 ml    x 0,0975 = 9,75 mg/100 ml
             1 ml
          Berat yang ditimbang = 9,75   x 260,91
                                                    50
                                                  = 50,87 mg
          Ibuprofen
          Dosis obat          = 400 mg
          Berat etiket          = 400 mg
          Berat rata – rata = 576,07 mg

          Dosis untuk mencit 20 gram = 400  x 0,0026
                                                         = 1,04 mg
          Dosis untuk Mencit 30 gram  =   30 gram  x 1,04 = 1,56 mg
                                                                    20 gram 
          Larutan stok : 100 ml
          100 ml    x 1,56 = 156 mg/100 ml
             1 ml

          Berat yang ditimbang = 156   x 576,07
                                                    400
                                                  = 224,6 mg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Indonesia
tiga benda yg identik dengan z... baju lab__ tas ransel__ kaca mata__